.
BOYOLALI -
Dampak abu vulkanik Gunung Kelud mulai dirasakan peternak sapi perah.
Produksi susu sapi mengalami penurunan mencapai 15 ton/hari.
Hal tersebut dibenarkan Ketua Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI)
Boyolali, Kuncoro. Menurut Kuncoro, tingkat produksi susu Boyolali saat
normal sebelum erupsi Kelud, mencapai 90-100 ton per hari. Namun, sejak
terkena hujan abu, produksi mengalami penurunan sangat tinggi.
“Produksi susu sapi merosot atau turun sekitar 10-15 ton per hari,” ungkap Kuncoro, Rabu (19/2).
Penurunan produksi susu ini disebabkan berkurangnya rumput atau pakan
hijauan yang diberikan kepada sapi perah. Pasalnya rumput hijauan yang
ditanam petani seluruhnya tertutup abu vulkanik. Sehingga petani
menghindari pemberian pakan hijau-hijauan ke ternak.
Peternak ketakutan memberikan pakan-pakan hijau karena terkontaminasi
dengan abu vulkanik sehingga bisa mengakibatkan ternak sakit. Sehingga
selama abu vulkanik belum bersih tuntas, kebanyakan peternak terpaksa
hanya memberikan pakan selain hijauan, seperti kosentrat, katul, maupun
ketela pohon.
“Sapi bisa sakit dan terkena batuk bila makan pakan yan terkena abu vulkanik,” imbuh Kuncoro.
Menurut Kuncoro, dampak abu vulkanik Gunung Kelud ini akan terus
berlangsung hingga sekitar satu bulan paska erupsi. Sehingga produksi
susu Boyolali diperkirakan kembali normal 100 persen pada bulan depan.
Maka tak mengherankan jika turunnya hujan beberapa hari ini disambut
gembira para petani maupun peternak. Air hujan diharapkan dapat
membersihkan abu yang menempel sehingga mengurangi dampak tercemarnya
pakan hijauan ternak.
“Produksi menurun, tapi untuk kualitas tetap tidak terpengaruh,” ungkapnya.
Terkait harga susu di Boyolali, Kuncoro menyatakan saat ini sudah
berkisar antara Rp 4.400 hingga Rp 4.600 per liternya. Sedangkan
produksi susu Boyolali selama ini dipasok ke industri pengolahan susu
(IPS) besar di Jakarta maupun Salatiga.